Perangi Covid-19: Cuci Tangan Terbaik, dengan Sabun Antiseptik atau Sabun Biasa?

Perangi Covid-19: Cuci Tangan Terbaik, dengan Sabun Antiseptik atau Sabun Biasa?

Dilansir dari laman resmi WHO, laporan mingguan situasi epidemiologi global minggu ini (9- 13 September 2020) menunjukkan adanya lebih dari 1,8 juta kasus baru COVID-19. Dilaporkan pula peningkatan laporan kematian dari minggu sebelumnya, dengan lebih dari 40.600 kasus dilaporkan. Hal ini secara jelas mengingatkan kita bahwasannya perang melawan virus corona belum usai. Sehubungan dengan hal tersebut, imbauan mengenai protokol kesehatan kepada seluruh masyarakat terus digalakkan.

Salah satu poin imbauan yang selalu kita dengar adalah imbauan untuk rutin mencuci tangan dengan air dan sabun. Masyarakat pun mulai mempraktikkan cuci tangan sesering mungkin, terutama setelah menyentuh benda-benda yang kemungkinan terkontaminasi dengan virus. Menanggapi fenomena ini, banyak produsen sabun yang berlomba menjajakan dagangan mereka dengan embel-embel antiseptik. Strategi promosi pun difokuskan pada kata ‘antiseptik’ dengan klaim bahwa mencuci tangan dengan sabun antiseptik lebih baik dan efektif dalam membunuh virus. Benarkah demikian?

Faktanya, para ahli kesehatan sepakat bahwa pemakaian air dan sabun biasa sudah cukup untuk membunuh virus yang menempel di tangan tanpa perlu adanya tambahan zat aktif pembunuh bakteri seperti pada sabun antibakteri. Dikutip dari berbagai jurnal, dapat diketahui bahwasannya pada setiap sabun sudah terdapat surfaktan (surface active agent) yang mengandung gugus hidrofilik dan lipofilik. Dengan begitu senyawa ini dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak sehingga ketika kita mencuci tangan terbentuklah gelembung sabun (micelle droplets) yang mengurung kuman, virus, dan kotoran. Kemudian ketika dibasuh dengan air, segala kotoran di permukaan tangan kita akan hilang.

Berbicara mengenai sabun antiseptik, perlu diketahui bahwasanya salah satu senyawa antiseptik yang sering digunakan adalah triclosan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Centers for Disease Control and Prevention, triclosan sudah digunakan selama lebih dari 30 tahun dalam berbagai produk. Bahkan dalam penelitian yang sama ditemukan adanya kandungan triclosan dalam 75 persen urin partisipan (partisipan merupakan penduduk Amerika). Sebuah jurnal Toxilogical Science juga menyebutkan jika di dalam tubuh, triclosan akan mengendap dalam sel dan darah sehingga mengakibatkan terganggunya sistem endokrin yang bertanggung jawab menjaga keseimbangan hormon. Telah dibuktikan pula bahwasannya triclosan dapat meningkatkan resiko terkena eksim dan menganggu sistem imun tubuh.

Sajalan dengan hal ini, Food and Drug Administration (FDA) melakukan penelitian lanjutan terhadap senyawa kimia yang biasa digunakan dalam sabun antiseptik. Kemudian, pada 2016 FDA mengeluarkan larangan terhadap 19 bahan kimia yang digunakan dalam sabun antiseptik. Dan lagi, beberapa penelitian terkait  juga meragukan keampuhan sabun antiseptik dalam membunuh bakteri. Hal ini terjadi karena beberapa perusahaan yang mengklaim memiliki sabun senyawa antiseptik justru tidak mampu menunjukkan dokumen dan bukti yang cukup terkait produknya.

Christy Reed, UNESCO Science Communications Consultant di laman UNESCO.org menyebutkan bahwa dengan antiseptik, kita justru dapat membuat bakteri berevolusi menjadi lebih kuat dan resisten terhadap produk antibakteri. Jadi, mengapa perlu mengambil resiko penggunaan antibakteri ketika yang kita butuhkan hanyalah sabun biasa dan air?

Beberapa fakta di atas dengan tegas menunjukkan bahwasannya kita sebagai konsumen tidak perlu menggunakan sabun antibakteri sebab di antaranya justru tidak efektif dan mungkin berbahaya bagi kesehatan. Perlu dipahami pula bahwasannya penggunaan sabun dalam cuci tangan berfungsi untuk menghilangkan kotoran ketika kita selesai cuci tangan. Hal ini tidak berarti bahwa tangan kita dapat terhindar dari kuman selamanya. Oleh karena itu, protokol kesehatan yang dianjurkan adalah mencuci tangan secara rutin.

Menanggapi situasi pandemi yang serba tidak pasti, kita sebagai konsumen perlu bersikap waspada dan teliti agar tidak salah dalam memakai produk kesehatan. Periksa lagi kandungan produk yang kita gunakan, pastikan aman untuk kesehatan dan tidak menimbulakan bahaya di masa yang akan datang.

 

Tinggalkan Balasan