Mengenal Perkembangan Suburban Pertama Kali Pada Abad ke-20 Melalui Sistem Fordisme

Mengenal Perkembangan Suburban Pertama Kali Pada Abad ke-20 Melalui Sistem Fordisme

  • Post author:
  • Post category:Blog
  • Post comments:0 Comments

Pembaruan dan ekspansi dari ekonomi memberikan kesempatan dalam hal mobilitas, pekerjaan, dan geografi. Kota melebar ke luar dibantu oleh bentuk baru dan sistem transportasi yang murah. Transportasi memiliki peranan penting dalam penyebaran suburban karena dengan mudahnya mobilitas yang dapat dilakukan oleh setiap penduduk, maka penduduk dapat tinggal dimana saja tanpa khawatir lokasinya yang jauh dari tempat pekerjaan, komoditas, hiburan, dan lain-lain, karena dapat diakses dengan mudah da cepat dengan adanya transportasi. Hal ini memulai tranformasi yang lain, dari yang awalnya terkosentrasi menjadi bentuk perkotaan yang menyebar, yang mana menjadi tipe dari kebanyakan kota di Barat.

Suburban dipertimbangkan matang-matang agar dapat menciptakan desain yang sempurna untuk menstimulasi produksi komoditas rumah tangga, seperti mesin cuci, kompor, mesin pemotong rumput, televisi, dan lain-lain dalam pemenuhan kebutuhan dari penduduk yang tinggal di pinggiran kota tersebut. Jadi, perusahaan yang bergerak di bidang komoditas tersebut dapat melebarkan sayap produksi dan penjualannya.

Faktor kunci dari transformasi ini adalah berubahnya sifat dari produksi industri. Perusahaan kapitalis pada awalnya berksala kecil dan hanya dimiliki oleh keluarga. Pada saat perkembangan abad ke-20, perusahaan-perusahaan baru mulai muncul dan mendominasi, awalnya perusahaan tersebut berskala nasional, kemudian berkembang menjadi transnasional, dan pada akhirnya berskala secara global.

Apa itu Fordisme?

Henry Ford adalah pendiri Ford Motor Company yang merupakan satu dari perusahaan pertama yang bergerak di bidang auto indsutry pada tanggal 16 Juni 1903. Henry Ford dihargai atas dua inovasi penting untuk memecah konsentrasi di kota pada masa itu. Dimulai dari realisasi bahwa tidak cukup hanya dengan memproduksi mobil, melainkan mobil tersebut perlu dijual juga. Jadi, para pekerja perlu mengumpulkan uang yang cukup untuk memiliki mobil tersebut dan juga mereka perlu waktu yang cukup untuk menikmatinya. Oleh karena itu, Ford meningkatkan gaji dan memotong jam kerja untuk menyelesaikan dua masalah tersebut. Dengan demikian, pemotongan jam kerja dan peningkatan gaji merupakan hasil dari serikat pekerja dan kebutuhan produsen kapitalis untuk mendorong pembelian komoditas. Strategi ini menstimulasi kebutuhan dan meningkatkan produksi, penjualan, dan keuntungan. Sistem ini menggalakkan produksi massal secara besar-besaran, maka dari itu periode ini sering disebut dengan periode ‘Fordism’ (Harvey 1990).

Seperti yang ditulis di atas, Fordisme adalah stenografi pengembangan skala besar, industri berbasis produksi massal, dan dibangun dengan teknologi perakitan. Artinya, sistem produksinya didukung oleh teknologi canggih yang membuat pekerjanya mudah dalam melakukan proses produksi besar-besaran (massal). Jadi, pekerja yang tidak handal pun dapat melakukan pekerjaannya dengan baik karena didukung dengan adanya teknologi. Kemudian pekerja digolongkan lagi dengan keahliannya masing-masing pada bidang tertentu atau dapat kita sebut sebagai spesialisasi, dengan spesialisasi tersebut dipercaya dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam produksi barang secara massal. Selain produksi, terdapat kebutuhan dalam pemasaran dan pengiklanan yang menghubungkan barang-barang konsumen kepada persyaratan gaya hidup yang akhirnya menciptakan ‘suburban way of life’.

Jadi, peran dari Ford pada masa itu adalah menstimulasi terjadinya perputaran ekonomi, ada yang membeli dan ada juga yang menjual sehingga terjadinya keseimbangan ekonomi yang baik dari pekerja dan perusahaan. Produk massal yang dihasilkan dari perusahaan ini adalah transportasi berupa mobil yang dapat dimiliki secara pribadi dengan mengumpulkan uang yang cukup. Pemotongan jam kerja bertujuan agar pekerja memiliki waktu untuk menikmati produk yang dibeli sehingga mobilitas di dalam kota terjadi secara besar-besaran dan lebih bebas yang pada akhirnya menstimulasi penduduk untuk tinggal di tempat yang lebih tenang dan jauh dari keramaian pusat kota.

source: The Transformation of Cities Urban Theory and Urban Life by David C.Thorns

Tinggalkan Balasan