Tren Wisata Alam Curug yang Semakin Melejit di Kala Pandemi
pemandangan sungai di sepanjang trek komplek curug leuwi hejo (sumber: dokumentasi penulis, 2020)

Tren Wisata Alam Curug yang Semakin Melejit di Kala Pandemi

Pandemi Covid-19 membuat berbagai kegiatan terpaksa di’rumah’kan dalam rangka pembatasan sosial. Mengisolasi diri dan mengurangi kegiatan yang bertemu banyak orang selama 10 bulan memang terasa membosankan. Oleh karena itu, masyarakat mencari berbagai alternatif kegiatan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan stres dan rasa jenuh akibat pandemi.

Diberlakukannya pembatasan sosial dan larangan perjalanan berdampak pada pola berwisata. Para pelancong akan cenderung lebih memilih untuk eksplorasi destinasi wisata domestik atau liburan dekat rumah. Selain itu, tipologi wisatawan saat ini juga beralih dari mass tourism, yaitu pergerakan manusia dalam jumlah besar secara terorganisasi ke sebuah tujuan populer untuk tujuan rekreasi, menjadi special interest tourism di mana para turis akan mengunjungi suatu lokasi berdasarkan minat khusus yang dimiliki dari objek atau kegiatan yang terdapat di daerah tujuan wisata.

Dilansir dari pedulicovid19.kemenparekraf.go.id, tren baru kegiatan berwisata mulai bermunculan di kala adaptasi kebiasaan baru atau new normal, antara lain:

  1. Staycation: gaya liburan yang dekat dengan daerahnya sendiri, seperti berlibur menghabiskan waktu di hotel yang telah menetapkan protokol kesehatan dengan baik;
  2. Volunourism: sebuah aktivitas berwisata yang memberikan manfaat bagi masyarakat di destinasi setempat seperti mengajar baca tulis, membersihkan area pantai dari sampah, dsb.;
  3. Virtual tourism: berwisata yang dilakukan melalui pemanfaatan teknologi digital sehingga penikmat wisata dapat melakukan aktivitas wisatanya tanpa harus datang langsung ke destinasi wisata yang dituju;
  4. Road trip: berlibur dengan melakukan perjalanan dengan mengendarai mobil. Hal ini semakin digemari oleh penikmat wisata agar terhindar dari risiko penularan Covid-19; dan
  5. Wisata alam: kegiatan perjalanan yang dilakukan secara individu atau berkelompok ke tempat tertentu baik dengan tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari daya tarik alam dengan pemanfaatan sumber daya alam, baik alami maupun budidaya.

Tren wisata alam merupakan salah satu aktivitas yang semakin meningkat di masa-masa seperti ini karena dianggap lebih aman sebagai hiburan untuk melepas kepenatan dan menghirup udara sejuk. Hal ini juga dinyatakan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh perusahaan konsultan, Inventure Indonesia, bahwa wisata alam akan menjadi tren populer yang digemari masyarakat dalam kondisi new normal. Khususnya wisata alam yang berbasis petualangan akan semakin digemari seperti trekking, snorkeling, diving, hiking, dan sebagainya. Wisata alam yang bersifat outdoor juga akan memberikan wisatawan keleluasaan yang lebih untuk menerapkan physical distancing dengan pengunjung lain.

Tersedia berbagai destinasi wisata yang masuk dalam kategori wisata alam, seperti kebun raya, pantai, gunung, taman hutan raya, dan lain sebagainya. Salah satu destinasi wisata alam yang dipilih masyarakat Kota Jakarta adalah wisata air terjun, atau dalam bahasa Sunda disebut ’curug’ yang berada di daerah Sentul, tepatnya di Desa Karang Tengah, Kec. Babakan Madang, Kab. Bogor.

Terdapat beberapa wisata curug yang berlokasi di daerah ini. Leuwi Hejo atau yang kerap disebut sebagai Green Canyon­-nya Bogor menjadi destinasi yang paling terkenal serta menjadi favorit wisatawan. Objek wisata yang menawarkan keindahan lanskap air biru kehijauan yang jernih ini dapat ditempuh selama kurang lebih 2 jam dari Jakarta. Untuk mencapainya, warga Jakarta dapat melalui Tol Jagorawi dan keluar pintu Tol Sentul Selatan kemudian lanjut menuju perkampungan dekat kompleks Sentul Nirwana ke arah Gunung Pancar.

Curug-curug ini berada di Kawasan Hutan Lindung RPH Babakan Mandang dan dikelola oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Sejahtera yang bekerja sama dengan Perum Perhutani sejak tahun 2011. Dalam upaya menyambut wisatawan di masa pandemi, tentunya terdapat beberapa penyesuaian yang harus dilakukan pada fase adaptasi kebiasaan baru, antara lain pembatasan pengunjung sebesar 50% dari jumlah normal serta pengecekan suhu tubuh di gerbang utama sebelum memasuki lokasi wisata. Tempat cuci tangan juga disediakan di beberapa titik dalam lokasi wisata. Selain penyesuaian yang dilakukan oleh pihak pengelola, pengunjung juga dihimbau untuk tetap menerapkan protokol kesehatan yaitu 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) sesuai dengan anjuran pemerintah untuk meminimalisasi risiko penularan Covid-19 di tempat wisata.

Di komplek curug ini, pengunjung harus membayar tiket sebesar Rp25.000 di loket awal untuk destinasi Leuwi Hejo dan Curug Barong. Kemudian, pengunjung harus membayar Rp10.000 tambahan untuk Leuwi Cepet dan Leuwi Lieuk serta tambahan sebesar Rp10.000 untuk Curug Baliung yang lokasinya paling jauh.

Adapun untuk mencapai tiap curug, pengunjung harus melakukan hiking melalui trek berupa jalan setapak dari tanah serta tangga bebatuan dengan medan yang cukup menanjak dan jauh dengan destinasi terakhir, yaitu Curug Baliung yang memakan waktu  pendakian sekitar 30-60 menit dari tempat parkir. Wisatawan yang belum familier dengan kegiatan hiking juga dapat menggunakan jasa tour guide yang terdapat di lokasi maupun yang tersebar di media sosial. Masyarakat lokal yang nantinya akan memandu petualangan ke lokasi yang ingin dituju dengan fee sesuai dengan destinasi yang dipilih dan jumlah wisatawan dalam satu kelompok.

Terdapat berbagai kegiatan yang dapat dilakukan di komplek curug ini. Bahkan, dari hiking menuju curug atau leuwi sudah menjadi daya tarik tersendiri karena selama perjalanan, para wisatawan akan disuguhi pemandangan alam yang masih asri dengan gemuruh air sepanjang aliran sungai. Rasa lelah akan segera terbayarkan sesampainya di lokasi yang dituju dengan keindahan panoramanya. Pengunjung juga dapat berenang di leuwi, yang artinya sebuah relungan atau kolam alami dari aliran sungai, dengan air yang bening nan menyegarkan.

Selain itu, pengunjung juga bisa sekedar duduk di bebatuan sekitar sambil menikmati dan berswafoto dengan curug sebagai latar belakang. Jika ingin melakukan aksi yang lebih menantang adrenalin, para pengunjung dapat mencoba untuk merasakan sensasi lompat dari atas tebing yang mengapit kolam. Jumpcliff dapat dilakukan dengan aman karena kedalaman kolam lebih dari 3 meter. Terdapat jasa penyewaan alat pelampung untuk pengunjung yang tidak bisa berenang.

Fasilitas yang terdapat di lokasi antara lain area parkir, pos keamanan dan pemantauan, toilet, loker untuk barang bawaan, tempat ganti, mushola, serta kios-kios makanan-minuman dan juga pakaian. Akses menuju lokasi wisata masih belum mudah. Selain rute yang mengharuskan wisatawan melewati perkampungan, juga tidak terdapat transportasi umum untuk mencapainya. Nantinya, lokasi wisata ini akan dikembangkan dengan nama ”Leuwi Hejo Riverside” bekerjasama dengan PT Sentul City sebagai third-party dari pihak pengelola yang menawarkan berbagai wahana baru, antara lain camping ground, agro wisata, dan lain-lain.

Bagi yang ingin berpetualang dan tertarik untuk mengunjungi komplek curug Leuwi Hejo, disarankan untuk datang dengan kondisi fisik yang prima dan memakai alas kaki khusus trekking. Jangan lupa untuk tetap menerapkan protokol kesehatan 3M serta ikut mengambil peran dalam melestarikan alam sekitar dengan tidak membuang sampah sembarangan selama di lokasi wisata.

Heaven’s Light Jomblang Cave in Gunungkidul

6 Interesting Facts about Jomblang Cave

Mystical Caves in Indonesia Full of Mysteries, Dare to Come?

Tinggalkan Balasan