Mencari Esensi HMPL (Guratan satu)
Di tumpukan sebelah mana definisi HMPL bisa kita temukan?

Mencari Esensi HMPL (Guratan satu)

Mahasiswa dan ciri-cirinya

Mahasiswa sebagai agent of change hendaknya punya banyak kepekaan terhadap kondisi di sekitarnya. Dalam konteks yang lebih besar mahasiswa punya peran besar membawa perubahan, dalam hal ini berbangsa dan bernegara. Tidak sedikit dinamika, revolusi hingga reformasi dibawa oleh lapisan masyarakat yang bernama mahasiswa. Seperti peristiwa disampaikannya tritura, soeharto yang bisa naik menjadi presiden akibat dorongan mahasiswa, serta kejatuhannya – Mei 1998 – yang juga akibat gelora mahasiswa.

Peran mahasiswa – harusnya – tidak terbatas pada materi di kelas, kompetisi politik di kampus, ataupun penyelesaian tanggung jawab skripsi/tugas akhir mereka. Mereka punya energi lebih besar dari lapisan masyarakat yang lain. Seperti kata Tan Malaka, keistimewaan terakhir yang hanya dimiliki pemuda adalah idealisme, jika kita bongkar lagi perkataan Tan Malaka, maka tak ada harapan besar yang bisa dititpkan pada para orang dewasa. Bukan rahasia umum lagi kalau orang dewasa sudah tenggelam dalam sistem yang salah

Membedah posisi HMPL

HMPL sebagai wadah pengembangan potensi mahasiswa PWK ITS punya tanggung jawab untuk membuat jalan bagi isu di atas. Pemberitaan dan informasi yang tersebar di dunia maya bisa sangat riskan bagi mahasiswa yang kemampuan literasi politiknya rendah. Kesalahpahaman dan polarisasi sangat berbahaya dalam mencemari pemikiran pemuda – mahasiswa. HMPL sejauh ini telah aktif menjalankan peran serta visinya. Pelaksanaan proker yang punya banyak dampak yang dirasakan oleh mahasiswa ITS, seperti webinar keprofesian, pelatihan aplikasi hingga meeting online untuk panduan berolahraga.

Terlepas dari peran BEM Institut atau BEM fakultas yang punya hak lebih banyak dalam menyelami isu isu politik dan sosial, himpunan juga mestinya punya andil untuk membantu meningkatkan tingkat kepekaan dan kepedulian mahasiswanya terhadap isu-isu sosial ataupun politik.  Di titik ini belum terlihat bagaimana geliat HMPL untuk mencoba membakar semangat dan kepekaan mahasiswa terhadap alur perpolitikan di Indonesia. Selain itu, isu-isu sosial yang pernah jadi bahasan khalayak umum, seperti childfree, terblokirnya terusan suez, plagiarisme karya, hingga pro-kontra TWK KPK.

Dari tema-tema yang diangkat dalam agenda program kerja HMPL juga belum terlalu terlihat adanya sedikit usaha HMPL untuk memantik perihal sosial-politik kepada mahasiswanya. Di agenda Ngopilogi oleh Departemen Kastrat sebenarnya sudah menyinggung terkait kebijakan penanggulangan pandemi Covid-19. Namun, secara umum upaya ini belum terlihat maksimal.

Sosial media sebagai dunia yang paling sering dikunjungi generasi ini, bisa menjadi alat untuk HMPL dalam mengembangkan permasalahan ini, HMPL bisa mengangkat isu-isu sospol tanpa harus memihak dan menghakimi kejadian tersebut. Cukup dengan mengenalkan dan mengangkat kulit dari isu tersebut, untuk perihal interpretasi permasalahan bisa diserahkan oleh masing-masing diri.

Tujuannya memang agar, permasalahan atau isu tersebut bisa sekedar ter-notice oleh pengikut dari HMPL sendiri. Pemanfaatan sosial media ini tidak terbatas dari post Instagram saja, bisa Tiktok, Youtube, dan sebagainya. Tentunya memang, semua isu tersebut hendaknya bisa dihubungkan dengan peran dan keilmuan mahasiswa PWK yang nantinya akan menjadi planner. Perlu ditekankan bahwa, mengenalkan isu atau hal yang viral, bukan berarti kita “ikut-ikutan” mencoba tenar dengan membawa isu viral. Namun, dewasa ini memang tak bisa kita pungkiri kehidupan sehari-hari kita di sosmed memang terikat dengan segala informasi dan isu-isu viral. Maka HMPL harusnya juga punya peran membungkus informasi tersebut agar bisa diterima lewat kacamata planner bagi mahasiswa PWK ITS.

Sedikit Saran, atau mungkin Anjuran?

Selain itu, usaha ini bisa diterapkan secara internal lebih dahulu, jika semisal ada upgrading staff terkait pengelolaan organisasi, maka bisa diselipkan sedikit tentang wawasan sosial politik Indonesia, mungkin satu atau dua bab. Menyampaikan wawasan sosial politik kepada seluruh mahasiswa PWK ITS secara mendalam tentu akan sulit – meski yang dibahas hanya kulitnya saja – maka melalui staff dari HMPL sendiri bisa menjadi cabang yang mengantat pemahaman itu ke warga HMPL yang lain.

Terdapat satu agenda lain yang cukup krusial – terlepas dari tepat sasaran atau tidak – kaderisasi adalah salah satu ranah yang tepat untuk mengembangkan kembali wawasan kebangsaan dan sosial politik mahasiswa PWK ITS, setelah setahun lalu mengikuti PSB dan IPITS. Tidak perlu sampai terlalu menekan peserta kader agar paham terhadap sosial politik, cukup dengan merangsang kepekaan dan kepedulian mereka tentang hal itu. Mungkin dengan cara-cara sederhana, seperti menyelipkan aspek itu pada penugasan penulisan opini mereka, atau menyelipkan pertanyaan pada agenda sosialisasi antar peserta kader dan semacamnya. Jika dilihat, langkah seperti ini juga tidak akan mengganggu maksud dan tujuan dari kader.

Dulunya.

Sosial dan politik terlihat menjadi makanan sehari-hari mahasiswa masa Orde Baru dan Orde Lama, bukan berarti kita mesti disamakan dengan mahasiswa di masa itu. Namun yang terpenting kita bisa melihat urgensitas dari usaha mahasiswa tempo dulu tersebut. Akan terlihat lebih berwibawa mahasiswa yang bisa menyelesaikan studinya serta paham bagaimana kondisi Indonesia, tidak hanya pada bidangnya tapi juga nuansa sosial politik yang tengah berjalan di negaranya. Soekarno pernah berkata “Aku lebih suka pemuda yang duduk bersama mengopi dan merokok, berdiskusi membahas bangsa ini daripada pemuda kutu buku yang hanya mementingkan diri sendiri”. (Izzul)

 

Tulisan ini dibuat 7 bulan yang lalu, sebagai salah satu penugasan kaderisasi, ia bangkit dari tumpukan tubes yang belum selesai mencoba mencari tempatnya setelah diperas assesor menjadi nilai kelulusan kaderisasi bagi penulis. Semoga bermanfaat,

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Darmayadi, Andrias. 2020. Pergerakan Mahasiswa Dalam Perspektif Partisipasi Politik : Partisipasi Otonom Atau Mobilisasi . FISIP Universitas Komputer Indonesia. Majalah Ilmiah UNIKOM. Bandung. Vol. 9, No. 1.

Wiratno, Tri, Dkk. 2016. Strategi Penerapan Pendidikan Politik Sebagai Upaya Peningkatan Partisipasi Politik di Kalangan Mahasiswa. Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. UNS. Kajian Fenomenologi Mahasiswa FKIP UNS Tahun 2016/2017.

Sair, Abdur. 2016. Kampus dan Degradasi Pengetahuan Politik Mahasiswa. Pogram Studi Sosiologi FISIP Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS).Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis. Vol. 1, No 1, Hal 9-20.

Tinggalkan Balasan