Urban Heat Island vs Kota Hujan Yang Sejuk

Urban Heat Island vs Kota Hujan Yang Sejuk

Bogor – Hampir semua kota metropolitan di seluruh dunia mengalami masalah Urban Heat Island, terutama jika kota tersebut berada pada iklim tropis seperti di Indonesia. Urban Heat Island (UIH) adalah keadaan ketika suhu di area urban berada pada titik yang relatif lebih tinggi dari wilayah sekitarnya, menciptakan apa yang terlihat seperti “pulau panas” mengukungi wilayah urban tersebut.

Sumber : climatecentral.org

Keluhan soal Urban Heat Island bisa ditemukan di banyak kota metropolitan yang terkenal dengan suhunya yang panas, seperti Jakarta dan Surabaya. Banyak orang yang merasa lebih betah dan nyaman berada di kota yang sejuk serta menjadikannya destinasi wisata, seperti Bogor yang berjarak sekitar 60 KM dari Jakarta, misalnya. Kota ini banyak dijadikan “pelarian” karena Bogor dinilai jadi kota paling sejuk diantara semua kota di Jabodetabek. Apalagi jika mengingat kota ini punya Kebun Raya Bogor yang terkenal hijau, rindang dan asri.

Bogor juga dikenal sebagai Kota Hujan. Bahkan sampai muncul istilah “Bogor Never Dry,” karena memang Kota Bogor tampaknya selalu basah oleh bekas guyuran hujan, dan awan mendung sering sekali mampir ke kota ini.

Sumber : antaranews.com

Bagi banyak orang awam, faktor curah hujan ini dinilai menjadi salah satu alasan kenapa Bogor cenderung lebih sejuk dibandingkan wilayah lain di Jabodetabek. Banyak yang menduga fenomena Urban Heat Island sama sekali tidak terjadi di Kota Bogor, karena toh “heat”-nya tidak terasa di kota tersebut.

Bahkan dengan julukannya sebagai Kota Hujan dan kota paling sejuk di Jabodetabek, apakah benar bahwa Bogor tidak mengalami fenomena Urban Heat Island?

Sesuai namanya, Urban Heat Island menjangkiti wilayah urban di suatu kota. Kembali ke definisi yang sudah dijelaskan, fenomena ini ada ketika wilayah urban bersuhu lebih tinggi dari wilayah sekitarnya. Wilayah ini bisa berarti area urban lainnya atau area yang lebih rural. Bogor terbagi menjadi wilayah urban dan rural. Meski tidak sepanas fenomena Urban Heat Island di Jakarta, Bogor juga mengalami Urban Heat Island. UHI Kota Bogor terjadi tepat di pusat kota.

Sakti, et al. 2013. “Pola Perubahan Suhu Permukaan Daratan Bogor”

Pusat Kota Bogor terletak diantara Gunung Salak dan Gunung Pangrango, situasi ini menjadikannya lebih rendah secara ketinggian lahan dan ‘terjepit’ diantara dua wilayah yang lebih tinggi. Dari peta suhu permukaan daratan Kota Bogor pada tahun 2009, suhu terpanas berada di wilayah dengan ketinggian <100 MDPL, artinya, disini wilayah dengan ketinggian lebih rendah yang punya suhu lebih tinggi. Hal ini bisa menjadi faktor pemicu Urban Heat Island. Gabungkan hal tersebut dengan aktivitas yang vibrant di pusat kota, maka Urban Heat Island tidak terhindarkan.

Dalam sebuah kajian yang dilakukan Departemen Geofisika IPB pada tahun 2020, dijelaskan bahwa suhu rata-rata di Bogor Raya (Kabupaten dan Kota Bogor) mengalami kenaikan, dan bagi area urban utama Kota Bogor (pusat kota), kenaikan ini cenderung lebih signifikan, yang otomatis memperparah fenomena Urban Heat Island.

Screenshot of Peta Suhu Bogor, Jawa Barat, 6 September 2022  – weather.com

Curah hujan dan vegetasi tanaman yang rimbun mungkin masih bisa menolong ketimpangan suhu antara area urban di pusat Kota Bogor dengan wilayah Bogor lainnya, tapi dengan banyak faktor lain seperti kepadatan bangunan, polusi kendaraan, bahkan sampai pemanasan global, bukan berarti kota yang terkenal sejuk dan lembab seperti Bogor imun dari fenomena Urban Heat Island.

Akan sangat disayangkan ketika sebuah kota sudah tidak lagi nyaman ditinggali karena suhunya yang terus meningkat. Bagi Kota Bogor, suhu yang sejuk adalah daya tarik yang harus terus dijaga supaya tidak hilang. Peningkatan suhu di pusat Kota Bogor akan merusak keseimbangan unsur kota lainnya, misalnya koleksi tanaman yang langka dan berharga di Kebun Raya Bogor, bahkan sampai bangunan bersejarah. Hal-hal seperti ini bisa menjadi pertimbangan pemerintah kota untuk lebih memperhatikan fenomena Urban Heat Island sebagai hal yang serius.

Sumber : bogor.ayoindonesia.com

Sebelum terlambat, ada berbagai strategi perencanaan kota yang bisa dilakukan untuk menanggulangi Urban Heat Island ini. Misalnya dengan memperhatikan sirkulasi udara dan arah angin, menambah vegetasi di perkotaan, mengurangi ketergantungan kendaraan bermotor pribadi, menambah ruang terbuka hijau, bahkan sampai pada hal yang spesifik seperti membuat jalanan aspal tidak terkena panas matahari secara langsung.

Hanya karena sebuah kota punya predikat sebagai kota yang sejuk, bukan berarti gelar itu akan bertahan selamanya. Perubahan iklim dan kenaikan kepadatan penduduk yang tidak diimbangi perencanaan kota yang matang, bersamaan dengan faktor eksternal dan internal lainnya, bisa membuat suhu area urban meningkat tajam, yang pada akhirnya menciptakan fenomena yang mengancam kenyamanan dan daya tarik sebuah kota.

Referensi

National Geographic (2022) : Urban Heat Island – Encyclopedic Entry (Diakses 6 September 2022)

BPS : Curah Hujan di Stasiun Pengamatan Klimatologi Bogor Menurut Bulan (mm), 2019-2021 (Diakses 6 September 2022)

https://weather.com : The Weather Channel – Climate Radar, Bogor West Java (Diakses 6 September 2022)

Hidayat. Farihah. 2020. “Identifikasi perubahan suhu udara dan curah hujan di Bogor” dalam Journal of Natural Resources and Environmental Management. Bogor: Departemen Geofisika dan Meteorologi, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga Bogor.

Muharram, et al. 2021. “Analisis Fenomena Urban Heat Island di Kota Bogor dengan Pemanfaatan Teknologi Cloud Computing” dalam UT – Geophysics and Meteorology. Bogor: IPB University.

Effendi. 2007. “Keterkaitan Ruang Terbuka Hijau Dengan Urban Heat Island Wilayah Jabodetabek” dalam Disertasi Pascasarjana Geofisika dan Meteorologi IPB. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Sakti, et al. 2013. “Pola Perubahan Suhu Permukaan Daratan Bogor” Jakarta : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam – Universitas Indonesia

Tinggalkan Balasan